Sabtu, 30 November 2013

TUGAS CERITA

TUGAS CERITA

Liburan sekolah telah tiba,momen inilah yang ditunggu-tunggu sebagian besar keluarga tidak terkecuali keluargaku karena saat-saat seperti ini yang bisa digunakan untuk berlibur bersama anggota keluarga setelah selama ini kita sibuk dengan akivitas masing-masing. Libur panjang tahun ini dimanfaatkan oleh keluargaku  untuk liburan di Bali karena tempat ini adalah salah satu tempat wisata terbaik di Indonesia bahkan di dunia makanya kita harus bangga sebagai warga Indonesia jangan malah membanggakan negara lain yang jauh tidak ada apa-apanya dibandingkan tanah air kita yang tercinta ini. Kebetulan aku dan keluargaku juga baru pertama kali mau liburan kebali jadi malam ini gak bisa tidur karena membayangkan bagaimana indahnya tempat itu biasanya kan cuma liat diTV bahkan Cuma dengar cerita teman yang pernah kesana yang katanya sih tempatnya sangat mengagumkan nan eksotis banget makanya gak bias bayangkan kalau lia langsung tempanya. Sebelum besok aku dan keluarga berangkat malam ini aku mempersiapkan barang-barang yang wajib aku bawa yang pastinya kamera untuk mengabadikan tiap momen diseluruh sudut kota bali terutama yah dipantai kuta yang sangat terkenal dengan pantai pasir putihnya.
Hari ini tiba waktu yang ditunggu-tunggu untuk terbang kebali, kami meninggalkan bandara haluoleo kendari jam 8:15 wita dan mendarat dibandara ngurarai bali tepat pukul 10:00 wit dan kami langsung mencari hotel yang dekat dengan pusat perbelanjaan dan tempa wisata di bali, setelah naik taxi akhirnya kami sampai di hotel swiss yang kami pilih untuk tempat penginapan kami dan kebetulan hotel ini juga salah satu hotel bintang empat yang fasilitanya sangat baik. Ayahku langsung memesan dua kamar, aku berdua sama adekku dan ayah sama ibuku dikamar sebelah kami yang kamarnya juga bersebelahan dan aku sama adekku langsung menuju kamar kami masingmasing untuk beristirahat. Kami memang gak salah pilih penginapan karena fasilitas dihotel ini sangat lengkap mulai dari kamar mandi yang bersih,kamar yang luas, ada tv,dan yang pastinya tempanya sangat nyaman. aku istirahat sebentar baru langsung cari makan kebetulan dari tadi pagi juga tidak pernah makan, ternyata dihotel ini juga ada restorannya yang artinya aku gak susah lagi untuk keluar cari makanan. Aku memesan makanan untuk langsung makan disini dan sebagian aku bungkus untuk orang tuaku dan adekku,selesai makan aku mengajak orang tuaku dan adekku keluar jalan-jalan dipantai kuta yang juga tidak jauh dari hotel kami. Kami hanya berjalan kaki menuju pantai kuta supaya bisa berfoto-foto diseluruh sudut kota yang memang sangat sayang jika tidak diabadikan dalam setiap jebretan kamera. Gak lama berjalan kami sampai dipantai kuta pantai pasir putih yang sangat indah aku dan keluarga langsung berfoto sama turis-turis mancanegara yang pastinya jarang kami temui dikota kendari. Setelah puas menikmati pantai kuta aku dan keluarga langsung menuju swiss bell hotel tempat penginapan kami kebetulan hari juga sudah mulai gelap. Setelah sampai dihotel kami menuju kamar masing-masing untuk beristirahat dan besok melanjutkan liburan kami lagi di pulau ini. Aku bangun pagi-pagi dan dimeja disebelah tempat tidur kami sudah ada makanan yang katanya adekku tadi yang mengantar adalah pegawai hotel disini, memang kata ayahku kemarin di hotel ini langsung disediakan sarapan pagi bagi semua yang menginap di hotel ini. Aku mandi dulu sebelum makan sarapan pagi yang telah disediakan tadi,selesai mandi aku langsung pakai baju dan langsung nyalakan radio karena memang aku sangat hobi dengar siaran berita, pas selesai pakai baju dan langsung mau sarapan tiba-tiba aku mendengar berita duka bahwa presiden soeharto meninggal karena serangan jantung yang memang kemarin-kemarin aku dengar beritanya memang beliau sedang dirawat di rumah sakit, aku sangat sedih dan kaget mendengar berita ini karena memang beliau ini adalah seorang tokoh yang aku sangat kagumi karena ketegasannya. Aku langsung lari meninggalkan kamarku yang masih sangat berantakan lari menuju kamar orang tuaku untuk memberi tahu berita ini.

 

Sabtu, 02 November 2013

RUMAH ADAT SUKU BUGIS

RUMAH ADAT SUKU BUGIS


Rumah adat suku Bugis dapat di bedakan berdasarkan status sosial orang yang menempatinya, Rumah Saoraja (Sallasa) berarti rumah besar yang di tempati oleh keturunan raja (kaum bangsawan) dan bola adalah rumah yang di tempati  oleh rakyat biasa.
Tipologi kedua rumah ini adalah sama-sama rumah panggung, lantainya mempunyai jarak tertentu dengan tanah, bentuk denahnya sama yaitu empat persegi panjang. Perbedaannya adalah saoraja dalam ukuran yang lebih luas begitu juga dengan tiang penyangganya, atap berbentuk prisma sebagai penutup bubungan yang biasa di sebut timpak laja yang bertingkat-tingkat antara tiga sampai lima sesuai dengan kedudukan penghuninya.
Rumah bugis sebenarnya tahan gempa dan banjir. Karena Rumah bugis yang sebenarnya menggunakan parelepang (fattoppo dan fadongko) yang tidak disambung. Karena struktur kayu yang tidak disambung dapat meredam getaran hingga getaran yang frekuensinya tinggi. Namun sekarang mencari kayu yang sangat panjang sangatlah sulit, sehingga parelepang diganti dengan pattolo (ukurannya lebih kecil).
Jadi, kalau tinggal di daerah rawan gempa, Rumah bugis adalah solusi yang tepat agar rumah Anda tidak terpora-porandakan gempa. Begitu juga dengan banjir, asal banjirnya tidak melebihi 2 meter dan pondasinya tidak mudah terbawa arus.
Rumah Bugis Tradisional merupakan contoh model rumah Asia tenggara yaitu rumah panggung dari kayu, yang atapnya berlereng dua dan kerangkanya berbentuk huruf ”H” terdiri dari tiang dan balok yang dirakit tanpa pasak atau paku; Tianglah yang menopang lantai dan atap sedangkan dinding hanya diikat pada tiang luar.
Karakteristik fisik itu, yang membuat model rumah itu mudah dibongkar atau malah dipindahkan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pemukiman orang bugis sering kali berpindah dan tidak terpusat pada suatu pemukiman permanen.
Rumah bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah panggung dari suku yang lain ( Sumatera dan Kalimantan ). Bentuknya biasanya memanjang ke belakang, dengan tanbahan disamping bangunan utama dan bagian depan [ orang bugis menyebutnya lego - lego ].


Bagaimana sebenarnya arsitektur dari rumah panggung khas bugis ini ? Berikut adalah bagian - bagiannya utamanya :
1.      Alliri (Tiang)
            Model rumah bugis pada mulanya hanya diperuntukkan bagi kalangan bangsawan. Misalnya, hanya mereka yang boleh menggunakan tiang segi empat atau segi delapan, sedangkan orang biasa hanya boleh menggunakan tiang bundar.
            Tiang rumah (alliri) bertumpu di atas tanah dan berdiri hingga ke loteng serta menopang berat atap. Tetapi sekarang, makin banyak rumah besar yang tiangnya tidak di ditanam lagi, tetapi ditumpukan di atas pondasi batu.
Biasanya terdiri dari 4 batang setiap barisnya. jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat. tetapi pada umumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12 batang alliri.
2.      Awa Bola ( Kolong Rumah )
Awa bola ialah kolong yang terletak pada bagian bawah, yakni antara lantai dengan tanah. Kolong ini biasa pada zaman dulu dipergunakan untuk menyimpan alat pertanian, alat berburu, alat untuk menangkap ikan dan hewan-hewan peliharaan yang di pergunakan dalam pertanian.
3.      Arateng dan Ware’ ( Penyangga Lantai dan Penyangga Loteng )
            Pada setiap tiang dibuat lubang segi empat untuk menyisipkan balok pipih penyangga lantai (arateng) dan balok pipih penyangga loteng (ware’), yang menghubungkan panjang rangka rumah. Dahulu, rumah yang tiangnya ditanam tidak menggunakan balok penyangga loteng, dan balok penyangga lantai tidak disisipkan pada tiang, tetapi diikat.

4.      Ale Bola ( Badan Rumah )
            Ale bola ialah badan rumah yang terdiri dari lantai dan dinding yang terletak antara lantai dan loteng. Pada bagian ini terdapat ruangan-ruangan yang dipergunakan dalam aktivitas sehari-hari seperti menerima tamu, tidur, bermusyawarah, dan berbagai aktifitas lainnya. Badan rumah tediri dari beberapa bagian rumah seperti:
Lotang risaliweng, Pada bagian depan badan rumah di sebut yang berfungsi sebagai ruang menerima tamu, ruang tidur tamu, tempat bermusyawarah, tempat menyimpan benih, tempat membaringkan mayat sebelum dibawa ke pemakaman.

5.      Posi’ Bola ( Pusat Rumah )
            Rumah Bugis memiliki struktur dasar yang terdiri atas 3 kali 3 tiang (3 barisan tiang memanjang dan 3 baris melebar) berbentuk persegi empat  dengan satu tiang ditiap sudutnya, dan pada setiap sisi terdapat satu tiang tengah, serta tepat di tengah persilangan panjang dan lebar terdapat tiang yang disebut ”pusat rumah”(posi bola). Umumnya, rumah orang biasa terdiri atas empat tiang untuk panjang dan empat untuk lebar rumah.


6.      Timpa’ Laja

            Berbagai ciri khas juga ditambahkan pada rumah-rumah kalangan bangsawan tinggi untuk menunjukkan status sosial mereka. Ciri paling menonjol adalah jumlah bilah papan yang menyusun dinding bagian muka atap rumah (timpa’ laja’, dari bahasa Melayu tebar layar): Dua lapis untuk tau deceng, Tiga untuk ana’cera’, lima untuk ana’ ma’tola,dan tujuh untuk penguasa kerajaan-kerajaan utama bugis,luwu’,bone, wajo’,soppeng, dan sidenreng. Sementara itu, hanya golongan ana’ cera’ ke atas yang berhak menggunakan tangga yang naik membujur.
7.      Addengeng (Tangga)
            Sementara itu, hanya golongan ana’ cera’ ke atas yang berhak menggunakan tangga yang naik membujur. Dan hanya kalangan bangsawan tertinggi boleh menggunakan tangga berupa latar miring tanpa anak tangga, terbuat dari bila-bila bambu yang, notabene, sangat licin dan disebut sapana ( bahasa Sansekerta yang mungkin diadopsi lewat bahasa Melayu: Sopana ’tangga’).

8.      Tamping
Pada sisi panjang (bagian samping badan rumah) biasanya ditambahkan tamping, yakni semacam serambi memanjang yang lantainya sedikit lebih rendah, dengan atap tersendiri; pintu masuk bagian depan berada di ujung depan tamping dan jika ruang dapur tidak terpisah dapurnya berada di ujung di belakang tamping. Kalaupun ada tambahan lain, dengan rancangan lebih kompleks, bentuk segi empat tetap jadi pola dasar.
9.      Rakkeang ( Langit-langit )
Rakkeang, adalah bagian diatas langit - langit (eternit). Dahulu biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen.
10.  Anjong
 Selain sebagai hiasan rumah, anjong juga memiliki makna tertentu bagi orang bugis. Anjong merupakan salah satu ciri khas orang bugis, dimana pada rumah orang bangsawan memiliki lebih dari dua anjong.Sedangkan anjong pada rumah orang biasa tidak lebih dari dua.

Pada dasarnya, rumah tersebut memiliki atap (pangate’) dua latar dengan sebuah bubungan lurus (alekke’), yang berbeda dengan bubungan lengkung yang terdapat pada rumah toraja, Batak, dan Minangkabau, serta pada rumah Jawa. Dindingnya (renring) terbuat dari bahan ringan, sementara lantainya (salima) berjarak sekitar 2 meter / kadang-kadang lebih dari permukaan tanah dan kolong rumah (awa bola) biasanya dibiarkan terbuka.


SALAM BUGIS PERANTAUAN...!!!!! 



Sabtu, 28 September 2013

TOKO BUGIS TERKENAL

TOKO BUGIS TERKENAL

Daftar ini hanya untuk tokoh nasional dari suku Bugis atau berketurunan Bugis baik di Indonesia, Malaysia, Singapore, Amerika atau negara lain. Artikel ini boleh diedit dengan menambahkan nama yang relevan sesuai dengan urutan abjad. Urutan penamaan dapat dimulai dari gelar Andi, Daeng, Karaeng, Opu, Haji, Sultan, Syekh, Dato, Datuk, maupun Tun dan tidak dimulai dengan gelar Sarjana.


Agamawan



Akademisi, Ilmuwan dan Ahli



Aktivis dan Pejuang



Artis



Atlet



Kepala Negara



Menteri dan Pejabat Tinggi Negara



Militer dan Kepolisian



Pahlawan Nasional



Pengusaha dan Profesional



Politisi



Sastrawan dan Penulis



Seniman dan Budayawan



Tokoh Kerajaan



Wartawan


Kamis, 26 September 2013

SEJARAH MARIO RIAWA, SOPPENG

SEJARAH MARIO RIAWA, SOPPENG

Kecamatan Mario Riawa adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Soppeng, yang dahulunya merupakan sebuah kerajaan mandiri dan berdiri sendiri dalam naungan Konfederasi Watangsoppeng (Soppeng). Walaupun Mario Riawa berada dalam naungan Konfederasi Watan Soppeng, pada masa pemerintahan La Pawiseang Datu Soppeng VII, Mario Riawa keluar dari konfederasi tersebut dan Mario Riawa bergabung ke dalam Konfederasi Wajo yang pada saat itu dipimpin oleh Arung Matoa Wajo Lataddampare. Mario Riawa pada masa itu diperintah oleh Lapaiyyo (Lamappaiyyo) Datu Marioriawa dan beliau meninggal di Lagosi (Wajo), sehingga Lapaiyo diberi gelar anumerta yaitu Lapaiyo Datu Marioriawa Matinroe Ri Lagosi, Kerajaan Mario Riawa terdiri dari tiga Pabbicara dan satu Sullewatang, yakni Pabbicara Manorang Salo, Pabbicara Attang Salo, Pabbicara Bulue dan Sullewatang Padali, masing-masing terdiri dari beberapa Matoa. Di Bulue terdapat Matoa Panci, Galungkalungnge. Di Manorang Salo terdapat Matoa Welongnge dan Matoa Tanete, di Attang Salo terdapat Matoa Lompoe, Matoa Kaca, Matoa Pengree dan Matoa Bunne, sedangkan Sullewatang Padali tidak mepunyai Matoa karena posisinya seperti Datu Mario Riawa walaupun statusnya di wilayahnya sama dengan Pabbicara (istilah sekarang walikota administratif). Datu terakhir di Mario Riawa adalah Datu Mappejanci, Pabbicara terakhir di Attang Salo adalah La Pariwusi (Andi Pariwusi Daeng Mapadeng Pabbicara Attang Salo). Pabbicara terakhir di Manorang Salo adalah Andi Meru ( Andi Meru Pabbicara Manorang Salo ).Matoa terakhir di Lompoe adalah Andi Wakka Daeng Mawakka.Matoa terakhir dikaca adalah La Ma'gangka putra sullewatang padali terakhir Lacammu. Matoa Terakhir di Welongnge La Makkarella
Setelah terbentuknya Negara kestuan republik Indonesia, kerjaan soppeng ikut bergabung dengan Indonesia dan Kerajaan Soppeng pun berubah menjadi Kabupaten Soppeng, maka Status Kerajaan Mario Riawa-pun ikut berubah menjadi Kecamatan Mario Riawa, masuk dalam administrasi Kabupaten Soppeng, adapun Pabbicara berubah menjadi kelurahan dan desa, dan seiring dengan adanya pemekaran maka kelurahan dan desapun bertambah sebagai berikut, Kel Manorang Salo, Kelurahan Attang Salo, Kelurahan Batu-Batu, Kelurahan Kaca, Kelurahan Limpomajang, Desa Bulue, Desa Laringgi, Desa Panincong, dan Desa Patampanua, dan Desa Tellu Limpoe.
Nama-Nama Raja Yang Perna Memimpin Kerajaan (Akkarungeng) Marioriawa
  1. We Temma Buleng Malotongnge Datu (Ratu) Marioriawa (Istri dari Sulaedde/ La’de Bolongnge Datu Soppeng IX)
  2. We Pada Datu (Ratu) Mario Attassalo.]
  3. We Pancai’tana Bunga WaliE Datu Mariorawa merangkap Datu Tanete
  4. La Mallarangeng ,Datu (Raja) Marioriawa merangkap Datu Lompulle (Suami Tenri LElEang Pajung Luwu XXIII/XXV Tewas dalam perang di Batu-batu oleh iparnya sendiri yang bernama La Oddang Riwu Dg Mattinring Karaeng Tanete)
  5. Yabeng, Datu (Ratu) Marioriawa Attang Salo (Istri La Maggalatung (La Manrulu) To Kali Arung Matoa (Raja) Wajo)
  6. Baso Jaya Langkara Datu Marioriawa Merangkap Datu Tanete
  7. La Mappaiyo Datu (Raja) Marioriawa MatinroE Ri Lagosi (Tewas Oleh Iparnya sendiri yang bernama I Tenri Dolong)
  8. La Malleleang Datu (Raja) Mario Riawa Attassalo
  9. La Patau Petta Jangko Datu (Raja) Marioriawa Merangkap Datu Panincong dan Datu LEworeng, MatinroE ri Attang Salo, Marioriawa (Tewas di Penggal dalam perang perebutan Kekuasaan di Batu-batu oleh kemanakannya sendiri yang bernama La Makkarakalangi Baso Tancung Datu Marioriawa)
  10. La Makkarakalangi Baso Tancung (Tanecung) Datu (Raja) Marioriawa
  11. I Dulu Datu (Ratu) Mario ri Attangsalo (Istri dari La Makkarakalangi Baso Tancung)
  12. La Koro Arung Padali Datu Marioriawa Merangkap Batara Wajo/Arungmatowa (Raja) Wajo XLI
  13. La Passamula Datu Mariorawa MatinroE ri Batubatu, Merangkap Datu Lompulle, Ranreng Talotenre dan Arung Matowa (Raja) Wajo
  14. La Mappe Datu (Datu) Mario Riawa.
  15. La Mungkace Datu Marioriawa
  16. Andi Galibe Datu Marioriawa (Datu Soppeng XXXVI)
  17. Andi Mappejanci Datu Marioriawa Merangkap Datu Soppeng XXXVII

Nama-Nama Pejabat Yang Perna Meduduki Jabatan Pabbicara (Kepala Pengadilan Merangkap Kepala Pemerintahan/Wanua) Di Attang Salo Marioriawa

  1. Dg Mamalu Petta Pabbicara (Kepala Pengadilan Merangkap Kepala Pemerintahan/Wanua) ri Attang Salo Marioriawa (Putra dari Lapagemusu Petta PonggawaE anak La Mappaiyo Datu (Raja) Marioriawa MatinroE Ri Lagosi
  2. Dg MappilE Petta Pabbicara (Kepala Pengadilan Merangkap Kepala Pemerintahan/Wanua) ri Attang Salo Marioriawa Putra dari Dg Mamalu Petta Pabbicara Attang Salo Marioriawa
  3. Dg Pawellang Petta Pabbicara ( Hakim Pengadilan Perdata/Merangkap Kepala Pemerintahan/Wanua) ri Attang Salo Marioriawa III, Putra dari Dg MappilE Petta Pabbicara Attang Salo Marioriawa
  4. Andi Pariwusi Dg Mapadeng Petta Pabbicara (Hakim Pengadilan Perdata/Merangkap Kepala Pemerintahan) ri Attang Salo Marioriawa IV, Putra dari Dg Pawellang Petta Pabbicara Attang Salo Marioriawa

Nama-Nama Pejabat Yang Perna Meduduki Jabatan Yang Dipertua Negeri (Matoa) Di LompoE, Attang Salo, Marioriawa

  1. Andi Baji (Pung Baji) Matoa (Yang Dipertua Negeri) Lompo’E (anak dari Perkawinan La PabEangi Arung Ganra SullE Datu (Wakil Raja) Soppeng Dengan I Tenriwatu Sultanah Zaenab Datu (Ratu) Soppeng XXXIV), menjabat pada Tahun 1885-1915
  2. Andi Wakka Dg Mawakkang (Pung Wakka) Matoa (Yang Dipertua Negeri) Lompo’E (anak Dari Andi Baji (Pung Baji) Matoa Lompo’E), Menjabat pada Tahun 1915-1949

Peninggalan sejarah

Ada beberapa situs yang terdapat di Kecamatan Mario Riawa, di antaranya Komplek Pekuburan Raja Marioriawa dan bangsawan lainnya di Jerak'e Madining (Kelurahan Attang Salo), Komplek Komplek Pekuburan raja Marioriawa dan Bangsawan lainnya di Jerak'e Panci (Desa Bulue).
Disamping situs-situs ada beberapa obyek wisata di antaranya, pemandangan alam di Danau Tempe dengan beberapa aktraksi lomba perahu yang disebut Maccerak Tappareng di Kelurahan Limpomajang, Kelurahan Kaca dan Desa Patampanua. Attaraksi Mappadendang dan Mattojang dalam rangka pesta Panen Raya hampir di semua Kelurahan dan Desa. Komplek Rumah Adat "Sao Mario" di Kelurahan Manorang Salo serta Permandian Air Panas Lejja di Desa BuluE.

Desa dan kelurahan

  1. Kelurahan Attang Salo
  2. Kelurahan Batu-Batu
  3. Desa Bulue
  4. Kelurahan Kaca
  5. Desa Laringgi
  6. Kelurahan Limpomajang
  7. Kelurahan Manorang Salo
  8. Desa Panincong
  9. Desa Patampanua
  10. Desa Tellulimpoe